CONTOH kHUTBAH jUMAT BAHASA JAWA MUSAFIR
Khutbah jumat bahasa jawa terbaru
الْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِيْ يَقْضِيْ بِالْحَقِّ وَالْعَدْلِ وَيَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ ، يُقَدِّرُ اْلأُمُوْرَ بِحِكْمَةٍ ، وَيَحْكُمُ
بِالشَّرَائِعِ لِحِكْمَةٍ وَهُوَالْحَكِيْمُ اْلعَلِيْمُ ، أَرْسَلَ الرُّسُلَ
مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ، وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ اْلكِتَابَ لِيَحْكُمَ بَيْنَ
النَّاسِ فِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِ ، وَلِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
وَيُؤْتُوْا كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ مِنْ غَيْرِغُلُوٍّوَلاَتَقْصِيْرٍ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ
وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَمَ تَسْليمًا
Jamaah Jumat rahimakumullah
Mangga kita tingkatkan ketakwaan
kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya,
yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai
akhir zaman.
Jamaah Jumat rahimani wa
rahimakumullah
Mungkin Anda mengira bahwa
musafir di sini adalah setiap orang yang sedang melakukan perjalanan jauh.
Tetapi, itu bukanlah yang dimaksud. Bahkan musafir di sini adalah setiap
manusia yang tinggal di dunia. Mengapa kita sebut sebagai “musafir”? Hal
itu, karena hidup manusia di dunia hanya sementara dan akan pergi
meninggalkannya seperti halnya seorang musafir. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا
هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ اْلأَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang
kekal.” (QS. Ghaafir: 39)
Namun sayang seribu sayang,
kebanyakan orang tidak menyadari bahwa hidupnya di dunia hanya sementara.
Padahal hal ini merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi dan kepastian
yang tidak disangsikan lagi. Pernahkah Anda melihat ada orang yang hidup kekal
di dunia dan tidak mati? Kalau pun ia diberi usia yang panjang, cobalah
perhatikan akhirnya, ia akan tetap mati juga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya kamu akan mati dan
Sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az Zumar: 30)
Al-Fudhail pernah berkata kepada
seseorang: “Sudah berapa lama kamu menjalani hidup?” ia menjawab: “Enam puluh
tahun.” Fudhail berkata: “Sudah enam puluh tahun Anda mengadakan perjalanan
menuju Tuhanmu, dan sebentar lagi kamu akan sampai”, orang itu berkata: “Innaa
lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“, Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud
ucapan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun“? sesungguhnya
barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali
kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan. Siapa
saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui
bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan
itu.”
Orang
itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail menjawab: “Mudah”
orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu perbaiki amalmu
sekarang, niscaya amalmu di masa lalu akan diampuni. Hal itu, karena jika kamu
malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kamu akan diberi hukuman
berdasarkan amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan amalan yang diperhatikan
adalah amalan di akhir hayatnyaan amalan yang diperhatikan adalah akhirnya.”nya
raaji’uun Fudhail berkata: “Tahukah Anda maksud ucapan “Innaa lillahi wa innaa
ilaihi raaji’uun”? sesungguhnya barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya
adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya ia meyakini
bahwa dirinya akan dihadapkan.
Siapa
saja yang meyakini bahwa dirinya akan dihadapkan, maka hendaknya ia mengetahui
bahwa dirinya akan ditanya, maka persiapkanlah jawaban terhadap pertanyaan
itu.” Orang itu pun bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?” Fudhail
menjawab: “Mudah” orang itu bertanya, “Apa itu?” Fudhail menjawab, “Kamu
perbaiki amalmu sekarang, niscaya amalmu di masa lalu akan diampuni.
Hal
itu, karena jika kamu malah memperburuk amalmu di masa sekarang, maka kamu akan
diberi hukuman berdasarkan amal burukmu yang dahulu dan yang sekarang, dan
amalan yang diperhatikan adalah amalan di akhir hayatnya.” Jika demikian,
sudahkah Anda mempersiapkan amalan?
Pentingnya Muhasabah
Kaum
muslimin yang dirahmati oleh Allah
Muhasabah atau mengoreksi diri
dan menghitung-hitung kesalahan adalah sesuatu yang sangat penting, Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al Hasyr: 18)
Saudaraku,
pernahkah Anda menyempatkan diri untuk berpikir sejenak tentang dirimu, apa
saja ucapan yang Anda lontarkan dan apa saja perbuatan yang Anda lakukan?
Pernahkah Anda menyempatkan diri untuk memperhatikan amal perbuatanmu apakah
yang Anda lakukan merupakan amal shalih atau kemaksiatan? Jika maksiat,
sudahkah Anda menutupinya dengan taubat dan istighfar? dan sudahkah Anda
memperbaikinya dengan amal shalih?
إِنَّ
الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud: 114)
Cobalah
berpikir sejenak dan sempatkanlah untuk itu sebelum tiba hari di mana saat itu
tidak berguna lagi penyesalan:
وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي
كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّايَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ
وَجَآءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِن نَّصِيرٍ
“Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami
(dari neraka) niscaya Kami akan mengerjakan amal yang saleh berbeda dengan yang
telah kami kerjakan”. dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang
cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan?”(QS. Faathir: 37)
Umar bin Khaththab radhiallahu
‘anhu berkata: “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab dan timbanglah
dirimu sebelum kamu ditimbang.”
Keadaan Orang-Orang Terdahulu
dengan Orang-Orang Sekarang
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ
الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ {57} وَالَّذِينَ هُم
بِئَايَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ {58} وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ
لاَيُشْرِكُونَ {59} وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ {60} أُوْلَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ {61}
“Sesungguhnya orang-orang yang
berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka—Dan orang-orang yang beriman
dengan ayat-ayat Tuhan mereka,—Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),—Dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka—Mereka itu bersegera untuk
mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera
memperolehnya.” (QS. Al Mu’minuun: 57-61)
Aisyah radhiallahu ‘anha pernah
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
ayat di atas, ujarnya: “Apakah orang tersebut adalah orang yang mencuri,
berzina dan meminum khmar, namun dirinya takut kepada Allah ‘Azza wa
Jallla?” Beliau menjawab: “Tidak, wahai puteri Abu Bakar, puteri
Ash Shiddiq. Akan tetapi, dia adalah orang yang melakukan shalat, berpuasa dan
bersedekah sedangkan diri mereka takut kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR.
Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Yakni
mereka takut kalau seandainya ibadah mereka tidak diterima.
Seperti
itulah keadaan kaum salaf yang terdahulu, mereka beribadah kepada Allah dengan
rasa takut dan harap. Tidak seperti keadaan kta saat ini, hati kita takut
tetapi masih tetap berbuat maksiat, hati kita berharap ingin masuk surga tetapi
tidak mau beramal, sungguh jauh berbeda.
Ibnul
Qayyim berkata, “Barang siapa yang memperhatikan para sahabat, dia akan
mendapatkan mereka dalam keadaan banyak beramal dengan rasa takut yang tinggi.
Adapun kita, kita menggabungnya dengan kurang beramal, bahkan kurang beramal
dengan rasa aman.”
Dengarkan kata hati yang paling
dalam!
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
ضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ
فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى
بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا
وَلَا تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ
يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ قَالَ وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ
فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ وَالسُّورَانِ
حُدُودُ اللَّهِ تَعَالَى وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ
تَعَالَى وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ وَالدَّاعِي فَوْقَ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Allah memberikan perumpamaan
berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua
dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar.
Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas
pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, ‘Wahai sekalian manusia, masuklah
kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’
Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu
mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu
yang berada di sampingnya, maka ia berkata, ‘Celaka kamu, jangan sekali-kali
kamu membukanya. Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk kedalamnya.’
Ash Shirath itu adalah Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan
Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan
oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah Kitabullah (Alquran)
‘Azza wa Jalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah
(naluri) yang terdapat pada setiap hati seorang mukmin.” (HR. Ahmad dan
Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Khalid bin Ma’dan radhiallahu
‘anhu berkata: “Tidak ada seorang hamba pun kecuali memiliki dua mata
di wajahnya, di mana dengan keduanya dia memandang dunia. Ada lagi dua mata
yang ada di hatinya, di mana dengan keduanya dia memAndang akhirat. Apabila
Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka Allah akan membuka dua
mata yang ada di hatinya, ia pun melihat janji Allah yang masih ghaib, dan
apabila Allah menghendaki selain itu, maka Allah akan membiarkan keadaannya”,
kemudian ia membaca ayat:
أَمْ
عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Ataukah hati mereka
terkunci?” (QS. Muhammad: 24).”
Ya,
أَفَلاَ
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS.
Muhammad: 24)
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ الله َلِيْ وَلَكُمْ وَلِكَافَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ , فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHOTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ
لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى
فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى
المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار،
وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار
Cara Muhasabah
Ibnul
Qayyim menjelaskan cara memuhasabah diri yaitu sbb:
Pertama,
melihat amalan fardhu, jika dilihatnya ada yang kurang, maka ia berusaha
mengejarnya.
Kedua,
melihat larangan, jika dilihatnya bahwa dirinya mengerjakan larangan, maka ia
tutupi dengan taubat dan istighfar serta mengiringinya dengan amal saleh yang
memang dapat menghapusnya.
Ketiga,
melihat sikap lalai pada dirinya, maka disusul dengan dzikr dan mendekatkan
diri kepada Allah.
Keempat,
melihat tindakan yang dilakukan anggota badan, ucapan yang dilontarkan oleh
lisan, langkah yang dilakukan oleh kaki, gerakan yang dilakukan oleh tangan,
pandangan yang dilihat oleh mata dan pendengaran yang dilakukan oleh telinga
untuk apa semua dilakukan? Karena siapa melakukannya dan bagaimana bentuk yang
dilakukannya?
Jangan Hilangkan Pahala Amal
dengan Kemaksiatan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
« أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ » . قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا
مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ . فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ
أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى
قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا
وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ » .
“Tahukah
kamu siapakah orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab: “Menurut kami, orang
yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham dan harta benda.”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut di antara umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa, zakat dan amal
saleh lainnya, namun ia pernah memaki si fulan, menuduh si fulan, memakan harta
si fulan, menumpahkan darah si fulan, memukul badan si fulan. Lalu untuk
membayar perlakukannya, dibayarlah dengan amal salehnya yang akan diberikan ke
si fulan dan si fulan. Sehingga ketika amal salehnya habis padahal belum
selesai pembayaran dari amal salehnya, maka dosa-dosa orang lain diambil dan
diletakkan kepada dirinya sehingga ia pun dilempar ke neraka.” (HR. Muslim)
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ مَقَامِنَا هَذَا وَفِيْ انْتِظَارِفَرِيْضَةٍ مِنْ
فَرَائِضِكَ اَّلتِيْ مَنَنْتَ بِفَرْضِهَا عَلَيْنَا نَسْأَلُكَ بِأَنْ نَشْهَدَ
أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ , يَا مَنَّانُ ياَ
بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ, يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ , يَا حَيُّ
يَا قَيُّوْمُ, نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَتُزَيِّنْهُ
فِيْ قُلُوْبِنَا وَتُرَسِّخْهُ فِيْهَا وَأَنْ تُكْرِهْ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ
وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَتُبَاعِدْهَا عَنَّا وَأَنْ تُهَيِّئْ لِْلأَمَّةِ
اْلإِسْلاَمِيَّةِ مِنْ أَمْرِهَا رُشْدًا وُلاَةً صَالِحِيْنَ يَقْضُوْنَ
بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُوْنَ لاَ يَخَافُوْنَ فِيْ اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ لاَ
يُحَابُّوْنَ قَرِيْبًا لِقُرْبِهِ وَلاَ قَوِيًّا لِقُوَّتِهِ , وَأَنْ تَحْفَظَ
عَلَيْنَا دِيْنَنَا وَتُثْبِتَنَا عَلَيْهِ إِلَى الْمَمَاتِ إِنَّكَ جَوَادٌ
كَرِيْمٌ
kumpulan khutbah jumat bahasa jawa terbaru lengkap:
KHUTBAH BABAGAN KRISTENISASI
SHOLAT ING WEKDALIPUN
NGUPAYA MASA DEPAN GEMILANG
PENYAKIT HATI
NASIHAT TAQWA
BABAGAN WULAN SURA
SHOLAT INGKANG PRATELA
MERANGI KEMLARATAN KALAWAN KEBODOHAN
ELING MATI
WEKDAL INGKANG MANFAAT
KATRESNAN SESAMI KADANG MUSLIM
PAGESANGAN ING DUNYA KALAWAN ING AKHIRAT
0 Response to "CONTOH kHUTBAH jUMAT BAHASA JAWA MUSAFIR"
Post a Comment